bocah gundul asal Malaysia, Upin dan Ipin, sebentar lagi tak dapat disaksikan di layar kaca Indonesia. Kisah serial mendidik itu telah menjadi sasaran emosi ketegangan Indonesia dengan Malaysia.
Hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia masih memanas pascapenangkapan petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia oleh Malaysia. Masyarakat merespons penangkapan tersebut dengan unjuk rasa pelemparan kotoran ke Kedubes Malaysia. Selain itu, usulan boikot produk Malaysia pun menggaung.
Salah satunya adalah larangan siar serial kartun produksi Les' Copaque itu. Manager Humas TPI, Theressia Ellasari menyatakan, pihaknya akan menghentikan tayangan Upin dan Ipin bila memang larangan itu datang dari pemerintah.
"Tetapi kita akan melihat dulu apakah keputusan politik untuk mengembargo produk Malaysia itu datang dari Pemerintah atau bukan. Jika itu putusan pemerintah, maka kita akan melakukannya," ujarnya.
Usulan pelarangan produk Malaysia itu ramai-ramai disuarakan anggota Dewan di Senayan.
Adalah Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan yang mengusulkan pemboikotan produk Malaysia, termasuk film anak-anak Upin dan Ipin. Hal itu perlu dilakukan sebagai bentuk pelajaran bagi negeri jiran itu. Menurutnya, hal itu merupakan bagian dari diplomasi.
Menanggapi usulan Taufik, sejumlah dewan lainnya menyatakan kesetujuan mereka. Menurut mereka, boikot produk Malaysia harus dilakukan agar Malaysia tidak lagi melecehkan Indonesia. Bahkan sejumlah anggota DPR juga telah melarang anggota keluarganya menggunakan produk-produk asal Malaysia, termasuk menonton film Upin dan Ipin.
Sosok Upin dan Ipin saat ini telah sangat melekat dengan anak-anak Indonesia. Di jalan-jalan, di pasar-pasar bahkan di perkantoran, aneka pernak-pernik dua bocah kembar itu diperjual-belikan. Tak dapat dipungkiri, banyak orang tua yang kini memanjakan anak-anaknya dengan membelikan berbagai pernik itu, sepeti baju lebaran misalnya.
Popularitas Upin dan Ipin itu paradoks dengan sentimen anti-Malaysia yang merebak di kalangan masyarakat, terutama setelah insiden penangkapan tiga pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau.
Upin-Ipin menjadi tayangan anak-anak di televisi yang paling populer dengan meraih share tertinggi, yakni 12-15. Upin Ipin juga menempati rating tertinggi dibandingkan tayangan anak-anak lainnya. Popularitasnya itu teruji ketika berlangsung Piala Dunia Afrika Selatan Juni-Juli silam. Ketika itu, gencarnya siaran langsung pertandingan sepakbola tingkat dunia tak menggoyahkan share dan rating Upin dan Ipin. Padahal, acara lainnya terdegradasi oleh demam Piala Dunia yang digelar empat tahun sekali itu.
Jika Upin dan Ipin dilarang, dapat dibayangkan, akan ada tangisan ribuan anak-anak yang selama ini menggemari sosok dua bocah periang yang memiliki banyak teman itu.
Terlebih serial Upin dan Ipin merupakan tayangan mendidik penuh pesan moral. Alur cerita serial animasi tiga dimensi itu juga mengalir penuh makna dan tanpa terkesan menggurui yang jauh berbeda dengan sinetron Indonesia yang kerap dianggap tidak mendidik.
Masyarakat dua negara serumpun ini harusnya berkaca pada sosok Upin dan Ipin. Dua bocah itu mau berteman dengan banyak orang dari berbagai negara dengan bermacam-macam tingkah lakunya tanpa konflik dan menghargai perbedaan.
Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak Aries Merdeka Sirait pun angkat bicara. Ia menyatakan, daripada larut mengganti film anak-anak Upin dan Ipin dengan Si Unyil, lebih baik pemerintah dan DPR segera menyelamatkan sekitar 32 ribu anak Indonesia yang tersebar di perkebunan kelapa sawit di Malaysia. Di sana, mereka menjadi buruh murah yang dieksploitasi. [nic]
Home »Unlabelled » Upin & Ipin Jadi Korban Indonesia Vs Malaysia
{ 1 comments... read them below or add one }
hem...diboikot aja tuh semua produk2 malay, tarik TKI kita....mesti jadi tambah seru
Posting Komentar